Deni Setiawan: Krisis Moral Cermin Kegagalan Pendidikan, Saatnya Bangun Generasi Bermartabat

Berita30 Dilihat

Tintaindonesia.id, Jakarta – Bendahara Umum Pusat Barisan Ksatria Nusantara (BKN), Persoalan moral bangsa bukan sekadar soal “mondok atau tidak mondok.” Tidak benar jika diasumsikan bahwa yang tidak mondok pasti rusak moralnya, dan yang mondok pasti baik akhlaknya. Pandangan semacam itu justru menyesatkan dan berpotensi memojokkan lembaga pesantren ketika moral bangsa Indonesia sedang terpuruk, Jum’at (17/10/2025).

Faktanya, ada yang pernah mondok namun tetap berperilaku buruk, dan ada pula yang tidak pernah mondok tetapi tetap memiliki akhlak terpuji. Jika santri yang mondok memiliki moral baik, itu memang sudah semestinya karena pesantren sejatinya mendidik manusia yang cerdas akal sekaligus bersih ruhani.

“Saya memaknai kasus Trans7 ini sebagai tragedi moral dalam dunia pendidikan kita khususnya pendidikan moral di negeri yang dikenal agamis, namun harus jujur diakui, pendidikan moral kita telah gagal total.”

Baca : Cak Rofi’: “Bukan Soal Siapa yang Banyak Memberi, Tapi Siapa yang Peduli” — Gerakan Rp5 Ribu untuk Al-Khoziny

Pendidikan moral bukan tanggung jawab satu pihak saja. Ia dimulai dari keluarga sebagai fondasi utama, kemudian diperkuat oleh lingkungan masyarakat, sekolah, dan pemerintah. Pendidikan yang baik adalah prasyarat bagi lahirnya kebudayaan dan peradaban luhur manusia. Karena hanya dengan sumber daya manusia yang unggul, dunia pendidikan mampu melahirkan peradaban yang bermartabat di tengah umat manusia, tanpa memandang latar belakangnya.

Tantangan besar dunia pendidikan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 adalah bagaimana melahirkan generasi bangsa dengan tiga kompetensi utama:

  1. Kompetensi Keagamaan – membentuk keimanan dan ketakwaan sebagai dasar moral.
  2. Kompetensi Sosial, Moral, dan Leadership – menumbuhkan empati, tanggung jawab, dan kepemimpinan yang berintegritas.
  3. Kompetensi Sains dan Teknologi – menciptakan SDM unggul yang adaptif dan inovatif menghadapi kemajuan zaman.

Baca juga : Rentetan Hasil Buruk & Gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI resmi Pecat Patrick Kluivert

Dengan tiga kompetensi tersebut, diharapkan Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang besar dan kuat, tidak hanya besar dalam jumlah penduduk, tetapi kuat dalam moral, mandiri dalam ekonomi, adil dalam kemakmuran, serta makmur dalam keadilan.

Negara yang memiliki ketahanan nasional yang stabil akan memiliki posisi tawar strategis dalam pergaulan antarbangsa di dunia.
Semoga cita-cita itu terwujud. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *