Cak Rofi’: “Bukan Soal Siapa yang Banyak Memberi, Tapi Siapa yang Peduli” — Gerakan Rp5 Ribu untuk Al-Khoziny

Berita35 Dilihat

Tintaindonesia.id, Sidoarjo – Musibah besar kembali mengguncang dunia pesantren. Salah satu pondok pesantren yang telah banyak melahirkan ulama besar di Nusantara, Pondok Pesantren Al-Khoziny, yang berlokasi di Jl. KH. Abdul Karim No. 27, Kelurahan Tlasih, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, ambruk saat proses pengecoran lantai atas. Tragedi itu menelan korban jiwa dan meninggalkan duka mendalam bagi para santri dan masyarakat sekitar.

Di tengah kesedihan itu, Ketua Umum Barisan Ksatria Nusantara (BKN), Cak Rofi’, tampil dengan seruan penuh empati. Ia menggagas gerakan donasi Rp 5 ribu per orang untuk membantu pemulihan dan pembangunan kembali pesantren yang telah berusia hampir satu abad tersebut.

“Saya sarankan cukup Rp 5 ribu saja per orang. Jangan lihat kecilnya nilai, tapi lihat besarnya kebersamaan dan keberkahan. Kalau semua ikut, insyaallah pesantren tua ini bisa bangkit kembali,” ujar Cak Rofi’, Kamis (17/10/2025).

Tak sekadar mengimbau, Cak Rofi’ memberi teladan dengan menyumbangkan Rp 5 juta dari uang pribadinya. Ia menegaskan, langkahnya bukan ajang pamer, melainkan bentuk kepedulian dan ajakan nyata agar semangat gotong royong umat kembali hidup.

Baca : Rentetan Hasil Buruk & Gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI resmi Pecat Patrick Kluivert

“Ini bukan soal siapa yang paling banyak memberi, tapi siapa yang paling peduli. Saya hanya ingin menggerakkan semangat kebersamaan. Jangan menunggu bantuan dari APBN atau Kementerian PUPR, karena pesantren adalah warisan perjuangan para ulama yang menjadi tanggung jawab kita semua,” tegasnya.

Fakta di Lapangan: Runtuh Karena Gagal Struktur, Bukan Faktor Usia

Berdasarkan investigasi dan laporan sejumlah media nasional, penyebab ambruknya bangunan musala bukan karena usia bangunan, melainkan karena kelemahan struktur dan kesalahan teknis konstruksi.

Pengasuh pondok, KH. Abdussalam Mujib, menyampaikan bahwa bangunan tersebut sedang dalam tahap pengecoran akhir saat kejadian terjadi. Sejumlah santri menyebut proses pengecoran dilakukan secara penuh tanpa jeda (full pour), sehingga beban berat langsung menekan struktur di bawahnya.

Ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menilai kejadian tersebut merupakan “gagal struktur total”. Seluruh elemen beton — kolom, balok, dan plat lantai — runtuh secara bersamaan atau dikenal dengan istilah pancake collapse.

Selain itu, warga sekitar mengaku sempat memberi peringatan karena melihat tanda-tanda bangunan tampak rapuh. Namun, peringatan tersebut belum sempat ditindaklanjuti sebelum musibah terjadi. Kini, Polda Jawa Timur telah memulai penyidikan resmi untuk menelusuri kemungkinan adanya unsur kelalaian atau kesalahan teknis dalam pembangunan.

KH. Abdussalam Mujib, Kiai Sepuh yang Tetap Tawadhu’

Pesantren Al-Khoziny dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah berdiri sekitar satu abad. Di bawah asuhan KH. Abdussalam Mujib, pesantren ini tetap istiqamah mencetak santri berilmu dan berakhlak, meski dengan fasilitas sederhana.

“Beliau adalah kiai sepuh yang sangat tawadhu’. Kita yang muda ini punya kewajiban moral untuk membantu beliau dan para santrinya,” tutur Cak Rofi’.

Baca juga : Kado dari Trans7 : Luka untuk Pesantren di Hari Santri Nasional

Harapan: Gerakan Kecil, Dampak Besar

Seruan Cak Rofi’ kini diharapkan menjadi gerakan nasional. Ia mengajak alumni, simpatisan, dan seluruh umat Islam untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan “Donasi Rp 5 Ribu Peduli Al-Khoziny” yang mulai ramai di media sosial.

“Ayo galang sedekah Rp 5.000 untuk membangun kembali Ponpes Al-Khoziny yang ambruk. Bismillahirrahmanirrahim, ora usah nunggu APBN!,” ujar Cak Rofi’ dalam pesan tertulisnya.

Ia menutup dengan doa dan keyakinan bahwa keikhlasan kecil bisa membawa perubahan besar.

“Gerakan kecil dengan niat besar akan membawa keberkahan besar. Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk membantu pesantren ini bangkit kembali,” pungkasnya.