Kekacauan Nepal: Gedung Parlemen Dibakar, Elit Politik Jadi Sasaran

Internasional104 Dilihat

Tintaindonesia.id, Nepal — Nepal tengah dilanda kekacauan besar setelah gelombang protes yang dipicu larangan media sosial berubah menjadi kerusuhan berdarah. Massa yang didominasi generasi muda turun ke jalan, melampiaskan kemarahan terhadap pemerintah dan elit politik yang dianggap abai terhadap nasib rakyat. Bentrokan pun pecah di berbagai wilayah, menelan korban jiwa dan meninggalkan jejak kehancuran, Rabu (10/9/2025).

Sedikitnya 19 hingga 22 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstran, sementara pengunjuk rasa membalas dengan aksi perusakan. Ratusan orang lainnya mengalami luka-luka, membuat situasi semakin tidak terkendali.

Amarah massa memuncak hingga menyasar simbol negara. Gedung parlemen di Singha Durbar dibakar, begitu pula kantor partai politik dan rumah pejabat. Tidak hanya itu, rumah-rumah milik mantan perdana menteri ikut menjadi sasaran. Tragedi paling menyayat hati menimpa istri mantan PM Jhala Nath Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, yang tewas terbakar setelah rumahnya diserang.

Baca : Dilema di Tengah Kekosongan Menpora, Ratu Nisya: 1 Detik Pun Negara Tidak Bisa Tanpa Pemuda

Mantan PM Sher Bahadur Deuba dan istrinya juga menjadi korban. Keduanya terluka saat rumah mereka diserbu massa, sebelum akhirnya berhasil dievakuasi militer. Bahkan, rumah Perdana Menteri KP Sharma Oli pun tidak luput dari amukan demonstran. Peristiwa ini menandai betapa dalamnya krisis kepercayaan rakyat terhadap elit politik Nepal.

Tekanan yang semakin berat akhirnya membuat PM KP Sharma Oli mengundurkan diri pada 9 September 2025. Keputusan ini diumumkan di tengah kekacauan yang belum juga reda, sebagai upaya meredakan amarah publik. Namun, mundurnya Oli justru menegaskan betapa seriusnya krisis politik yang melanda negeri di kaki Himalaya tersebut.

Militer kemudian turun tangan mengambil alih keamanan. Jalan-jalan di ibu kota dipenuhi patroli bersenjata, jam malam diberlakukan, dan sejumlah pejabat dievakuasi dengan helikopter. Meski begitu, langkah ini masih belum sepenuhnya mengembalikan ketenangan. Ketegangan tetap terasa, dengan massa yang terus menyuarakan tuntutan perubahan.

Baca juga : Wabendum PTKP PB HMI Dorong Zaki Iskandar sebagai Figur yang Pas untuk Kemenpora

Presiden Ramchandra Paudel menyerukan persatuan nasional dan membuka dialog untuk mencari jalan damai. Ia mengingatkan bahwa kekerasan hanya akan memperburuk keadaan, sementara solusi harus ditemukan melalui komunikasi. Namun, seruan itu belum sepenuhnya mampu menenangkan massa yang terlanjur marah.

Gelombang protes di Nepal kini melampaui isu media sosial. Generasi muda yang memimpin perlawanan menuntut reformasi mendasar dalam politik dan ekonomi, dari pemberantasan korupsi hingga penciptaan lapangan kerja. Jika aspirasi itu tidak direspons dengan serius, para pengamat memperingatkan Nepal berisiko terjerumus ke dalam ketidakstabilan berkepanjangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *