Sufmi Dasco Ahmad Suguhkan Komunikasi Politik Luwes dalam Sambutan Gekrafs

Berita12 Dilihat

Tintaindonesia.id, Jakarta — Dalam dinamika politik yang kerap diwarnai ketegangan dan rigiditas narasi, kehadiran Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, dalam Kongres Nasional Gekrafs (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional) menyuguhkan sebuah keluwesan politik yang mengundang refleksi. Dalam sambutannya yang ringan namun bernas, Dasco menyinggung fenomena aktual terkait salah satu partai politik yang tengah melakukan kongres dan perubahan logo. Bukan dalam nada sinis, melainkan dalam kelakar yang cerdas dan penuh kendali, Rabu (23/07/2025).

Kelakar politik Dasco ini menjadi relevan bukan hanya sebagai hiburan intelektual, tetapi sebagai cermin dari gaya kepemimpinan politik yang lentur, akomodatif, dan adaptif terhadap realitas zaman. Dalam era keterbukaan informasi dan dinamika opini publik yang serba cepat, pendekatan komunikasi politik yang membumi dan jenaka justru menjadi strategi kepemimpinan yang efektif membangun kedekatan dengan masyarakat.

Baca : Serah Terima Jabatan Camat Kemiri dari Hendarto, S.STP., M.Si. kepada Rudi Hadikarsono, SH., M.Si.

Menurut Ratu Nisya Yulianti Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina secara teoritis, keluwesan dalam berpolitik merupakan ciri dari pemimpin dengan kecerdasan emosional tinggi dan keterampilan komunikasi yang matang. Dalam konteks kepemimpinan publik, khususnya di tengah masyarakat demokratis, kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan prinsip merupakan nilai utama. Apa yang ditampilkan oleh Dasco dalam forum kreatif seperti Gekrafs menunjukkan bahwa elite politik tidak selalu harus tampil kaku atau normatif, namun dapat menyampaikan pesan-pesan politik melalui gaya yang santai namun strategis.

“Bagi kami, kelakar tentang “partai yang sedang kongres dan ganti logo” secara substansi bukanlah sekadar guyonan ya. Ia adalah bentuk sindiran halus terhadap dinamika pencitraan politik yang kadang lebih sibuk mengurus simbol daripada substansi. Namun Pak Dasco menyampaikannya dengan santun, tanpa menyerang, dan justru membangkitkan tawa audiens tanpa menciptakan ketegangan. Ini bukan hanya seni komunikasi, tetapi juga praktik etika politik yang bijak.” ungkap Ratu Nisya Yulianti yang juga Wakil Bendahara Umum PB HMI Periode 2024-2026

Kehadiran Dasco dalam panggung Gekrafs sebuah forum yang dihadiri para pelaku ekonomi kreatif dari lintas generasi juga memperlihatkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang mampu menyeberangi batas-batas segmen sosial. Ia tidak terjebak dalam sekat formalitas birokrasi, melainkan hadir secara personal, responsif, dan menyatu dengan semangat generasi muda kreatif.

Fenomena ini menjadi penting dalam kajian kepemimpinan politik modern. Dalam berbagai literatur ilmu politik kontemporer, pemimpin yang efektif tidak hanya diukur dari kekuatan institusionalnya, tetapi juga dari kemampuannya membangun engagement yang otentik dengan berbagai lapisan masyarakat. Dasco menunjukkan bahwa dirinya memahami medan ini, dan tahu cara bermain di dalamnya dengan elegan.

Baca juga : Presiden Resmi Luncurkan Logo dan Tema HUT ke-80 Republik Indonesia

“Bagi generasi muda dan aktivis, terutama dari kelompok perempuan dan daerah seperti saya sebagai bagian dari masyarakat Banten, gaya kepemimpinan Pak Dasco menginspirasi sebuah model baru yakni pemimpin yang tidak kehilangan integritas, namun juga tidak kehilangan selera humor. Pemimpin yang bisa membaca ruang dan suasana, yang tidak hanya berbicara tetapi juga mendengarkan, bahkan melalui gaya bicara yang penuh keluwesan.” pungkas Ratu

Di tengah iklim politik yang sering kali keras dan polarisatif, pendekatan seperti ini membuka ruang baru bagi politik yang lebih sejuk dan komunikatif. Bahwa kekuatan tidak selalu harus ditunjukkan dengan nada tinggi, melainkan bisa hadir dalam kalimat ringan yang menyentuh akal dan hati.

“Jadi bagi kami sih pemuda apalagi aktivis sambutan Pak Dasco di acara Kongres Gekrafs justru bukan hanya sekadar pidato seremonial, melainkan gambaran utuh dari kepemimpinan politik yang kontekstual dan progresif. Lewat gaya komunikasi yang luwes, ia menyampaikan kritik tanpa konflik, pesan tanpa tekanan, dan keakraban tanpa kehilangan wibawa. Ini adalah kualitas kepemimpinan yang patut diteladani dalam membangun demokrasi yang matang, santun, dan relevan bagi semua kalangan.” Tutup Ratu Nisya Yulianti