Tintaindonesia.id, Jakarta – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus menunjukkan akselerasi luar biasa. Kini, dunia teknologi memasuki era baru yang dikenal sebagai Agentic AI, yaitu sistem AI yang mampu menjalankan tugas dan membuat keputusan secara mandiri, tanpa campur tangan manusia secara langsung, Jum’at (27/06/2025).
Tidak hanya menjadi asisten pasif, agentic AI dirancang memiliki kemampuan otonom, mulai dari menganalisis situasi, mengambil inisiatif, hingga merespons dinamika yang kompleks dalam berbagai konteks. Teknologi ini mulai diterapkan secara luas, baik dalam bentuk robot industri, sistem keuangan otomatis, layanan pelanggan berbasis AI, hingga kendaraan otonom.
Menurut laporan terbaru dari lembaga riset teknologi global, Gartner, Agentic AI diproyeksikan menjadi salah satu dari 10 tren teknologi strategis dunia pada tahun 2025. Hal ini karena agentic AI dinilai mampu mengurangi beban kerja manusia secara drastis, sekaligus meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengambilan keputusan di berbagai sektor.
“Agentic AI memungkinkan sistem untuk ‘berpikir dan bertindak’ secara independen. Ini bukan lagi soal meniru kecerdasan manusia, tapi bagaimana teknologi bisa menjadi mitra kerja yang cerdas dan proaktif,” ungkap Dr. Nina Ardiansyah, pakar AI dari Indonesia AI Forum.
Sejumlah perusahaan teknologi global telah mulai mengembangkan produk dan platform berbasis agentic AI, seperti asisten pribadi digital yang bisa merencanakan agenda dan mengatur dokumen penting secara otomatis, atau sistem logistik pintar yang mampu mengatur alur distribusi barang tanpa supervisi manusia.
Namun demikian, kemunculan agentic AI juga menimbulkan sejumlah pertanyaan etis dan regulatif, terutama terkait akuntabilitas, transparansi algoritma, serta potensi penyalahgunaan. Pemerintah dan lembaga teknologi di berbagai negara pun kini tengah menyusun kerangka kebijakan yang bisa mengatur penggunaan AI otonom agar tetap berpihak pada kepentingan publik.
“Indonesia perlu mulai memikirkan bagaimana menyikapi kehadiran agentic AI, baik dari sisi literasi masyarakat, regulasi, hingga kesiapan infrastruktur digital,” tambah Nina.
Dengan kemampuan untuk belajar dan bertindak sendiri, agentic AI berpotensi merevolusi cara manusia bekerja dan berinteraksi dengan teknologi dalam beberapa tahun ke depan. Ini bukan hanya soal kemajuan teknis, tetapi juga tentang bagaimana manusia dan mesin bisa berbagi peran secara harmonis.