Boikot Trans7 Usai Tayang “Expose Uncensored”, Diduga Lecehkan Martabat Kyai dan Kehidupan Pesantren

Berita155 Dilihat

Tintaindonesia.id, Kabupaten Tangerang— Belakangan ini publik tengah dihebohkan dengan seruan boikot terhadap stasiun televisi Trans7. Seruan tersebut mencuat usai penayangan salah satu segmen acara Expose Uncensored yang dinilai merendahkan martabat kyai dan kehidupan pondok pesantren di Indonesia.

Kontroversi bermula dari potongan video yang menampilkan narasi, “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan pondok?”. Kalimat tersebut menuai kecaman luas karena dianggap tidak hanya sebagai kritik terhadap kehidupan pesantren, tetapi juga sebagai bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi di kalangan santri dan ulama.

Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa dalam tayangan tersebut terdapat konten yang secara eksplisit menyinggung kehidupan keluarga pengurus pesantren, khususnya Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri. Tayangan itu dinilai tidak hanya menampilkan pandangan yang keliru, tetapi juga menciptakan framing negatif terhadap para kyai dan lingkungan pesantren.

Baca : Framing Negatif Media Terhadap Dunia Pesantren Sudah Terlalu Berlebihan

Tak butuh waktu lama, gelombang protes datang dari berbagai kalangan. Para santri, alumni pesantren, hingga tokoh agama mengekspresikan kemarahan mereka. Bahkan, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), turut mengutuk keras isi acara tersebut. Ia menilai tayangan itu tidak pantas disiarkan di ruang publik karena berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan perpecahan di masyarakat.

Publik pun mempertanyakan, apakah pihak Trans7 telah melakukan riset mendalam sebelum menayangkan konten tersebut. Banyak pihak menilai, tayangan itu tidak mengindahkan etika jurnalistik, sebab lebih menonjolkan unsur sensasional dan tendensius dibandingkan informasi yang berimbang.

“Jika ingin mengkritik, lakukan dengan cara yang benar dan beretika. Bukan dengan memframing pesantren sebagai institusi feodal, tempat kyai mencari kekayaan atau hidup bermewah-mewah,” ujar Ketum Cabang HMI Kabupaten Tangerang Akmal Al yang menilai acara tersebut kebablasan.

Baca juga : Tayangan Trans7 Singgung Martabat Kyai dan Santri, Ratu Nisya: Luka Mendalan Bagi Umat Islam

Penulis juga menyayangkan sudut pandang yang diambil program tersebut. Kritik terhadap lembaga keagamaan seharusnya dibangun dengan niat memperbaiki, bukan menjatuhkan. Tindakan seperti mencaci maki ulama dan menyebarkan narasi fiktif dengan maksud merendahkan, hanya akan memperkeruh suasana dan menimbulkan luka sosial di tengah masyarakat.

Di tengah memanasnya reaksi publik, penulis berharap kasus ini dapat segera diselesaikan secara bijak. Klarifikasi dan tanggung jawab dari pihak Trans7 dinilai penting untuk meredam gejolak di masyarakat dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap media arus utama.

“Semoga polemik ini segera mereda dan tidak menimbulkan perpecahan. Kita semua berharap media dapat kembali pada fungsinya sebagai penyampai informasi yang mendidik, beretika, dan menjunjung tinggi nilai moral bangsa,” tutup penulis.

Penulis: Dedi Gunawan (Kabid PU HMI Cabang Kabupaten Tangerang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *