BEM KM UGM Resmi Mundur dari Aliansi BEM SI, Soroti Kehadiran Pejabat dan Kekerasan di Munas Padang

Berita109 Dilihat
banner 468x60

Tintaindonesia,id, Yogyakarta – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) secara resmi mengumumkan pengunduran diri dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan. Pernyataan ini dirilis usai perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-18 BEM SI yang berlangsung di Padang, Sumatera Barat, pada 13–19 Juli 2025.

Pengunduran ini disampaikan dalam sebuah pernyataan resmi yang memuat sembilan poin alasan strategis. BEM KM UGM menilai Munas BEM SI kali ini telah melenceng dari nilai-nilai perjuangan kerakyatan dan independensi mahasiswa, terutama karena adanya kehadiran pejabat pemerintahan, aparat kepolisian, hingga simbol-simbol dari lembaga intelijen negara, Senin (21/07/2025).

banner 336x280

Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menyampaikan bahwa forum Munas tersebut justru menciptakan konflik internal, bahkan diwarnai dengan tindakan kekerasan fisik yang menyebabkan dua peserta mengalami luka serius. Selain itu, kehadiran karangan bunga dari lembaga intelijen pada sesi pembukaan Munas dianggap mencerminkan adanya politisasi acara dan mencederai semangat independensi gerakan mahasiswa.

“Kami percaya bahwa perjuangan mahasiswa harus tetap steril dari intervensi penguasa. Gerakan mahasiswa bukan alat kekuasaan, melainkan representasi kepentingan rakyat,” tegas Tiyo dalam keterangannya.

Baca : Pangeran Al‑Waleed “Sleeping Prince” Tutup Usia Usai Koma 20 Tahun

Dalam pernyataannya, BEM KM UGM juga menyatakan bahwa mereka datang ke Munas bukan untuk mengejar jabatan, melainkan untuk mengawal konsolidasi gerakan mahasiswa. Namun, situasi yang terjadi justru menimbulkan trauma dan menurunkan integritas forum.

Berikut ringkasan sembilan poin sikap BEM KM UGM:

  1. Tidak memiliki ambisi jabatan.
  2. Datang sebagai pendamping gerakan, bukan peserta aktif.
  3. Forum berubah menjadi konflik non-substansial.
  4. Kehadiran pejabat dan aparat mencederai independensi.
  5. Pentingnya jarak tegas BEM dari kekuasaan.
  6. Karangan bunga dari lembaga intelijen sebagai simbol intervensi.
  7. Terjadi kekerasan fisik yang melukai peserta.
  8. Keterbatasan informasi karena tekanan internal.
  9. Penegasan bahwa gerakan mahasiswa harus tetap pro-rakyat.

Langkah ini juga memicu respon dari beberapa kampus lain. Diketahui, BEM Universitas Diponegoro (Undip) turut menyatakan mundur dengan alasan serupa. Mundurnya dua kampus besar ini menunjukkan gejala ketidakpuasan mendalam terhadap arah gerakan BEM SI saat ini.

Baca juga : Bupati Tangerang Raih Penghargaan PIMRED Award 2025 Kategori Tata Kelola Pemerintahan Terbaik

Keputusan ini diharapkan menjadi momentum refleksi gerakan mahasiswa secara nasional untuk menjaga marwah perjuangan serta memastikan bahwa ruang konsolidasi mahasiswa tetap bersih dari kepentingan elit politik maupun aparat kekuasaan.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *