Hiburan Kemerdekaan di Negara yang Sakit

Opini72 Dilihat
banner 468x60

Oleh : Alif Fajar Rachman

Tintaindonesi.id, Opini — Kita baru saja melakukan perayaan kemerdekaan,80 tahun Indonesia merdeka tapi kita harus tahu hari ini apa arti dari kemerdekaan.

banner 336x280

Kemerdekaan seharusnya menjadi ruang refleksi. Ia bukan sekadar pesta kembang api, lomba panjat pinang, atau panggung hiburan yang bising. Namun, di negeri yang sakit, pesta kemerdekaan justru lebih sering dijadikan selimut untuk menutupi luka.

Bagaimana mungkin kita bersorak-sorai, sementara korupsi masih merajalela? Bagaimana kita tertawa dalam lomba rakyat, sementara rakyat itu sendiri masih berjuang untuk makan sehari-hari?

Baca : Pengibaran Bendera One Piece: Kritik Gaya Baru di Era Digital

Pesta kemerdekaan di negeri ini kerap menjadi obat bius sesaat—membuat kita lupa bahwa harga sembako melambung, anggaran diselewengkan, dan hukum masih tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Lagu nasional dikumandangkan dengan gagah, tapi maknanya tenggelam di antara riuh sound system panggung hiburan.

Apakah ini yang disebut merdeka? Ataukah ini hanya euforia palsu, yang menutupi kenyataan bahwa negara kita masih sakit, parah, dan dibiarkan tanpa pengobatan yang serius?

Baca juga : Tragedi Ciputat Timur: Ketika Rumah Menjadi Tempat Paling Berbahaya Bagi Anak

Saya, Alif Fajar Rachman, berpendapat: kemerdekaan bukan hanya untuk dirayakan, tapi harus diperjuangkan kembali. Bukan dengan lomba seremonial, melainkan dengan keberanian melawan penindasan, dengan kejujuran dalam mengelola anggaran, dan dengan keberpihakan nyata pada rakyat kecil.

Selama pesta lebih diutamakan daripada perbaikan negeri, maka kita hanya sedang menari di atas luka bangsa sendiri.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *